“Itu negara yang biasa ekspor pangan menjaga pasokan yang penting (konsumsi) rakyat sendiri,” katanya.
Rizal menilai seharusnya pemerintah mendorong petani agar meningkatkan produksi lahannya melalui kebijakan harga atau pricing policy. Pricing policy bisa dilakukan dengan menjaga rasio antara gabah dan pupuk.
Sehingga, pada masa-masa tertentu, negara tidak lagi bergantung terhadap komoditas luar negeri. Ia menyayankan saat ini ketahanan pangan Tanah Air masih disokong oleh impor. “Jelas kalau memang cuaca jelek, misalnya elnino, setuju impor. Tapi ada masa enggak ada elnino, cuaca bagus, saya enggak setuju impor,” ucapnya.
Pakar pertanian sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, mengatakan indeks ketahanan pangan Indonesia per 2019 masih menempati peringkat ke-62 dari 113 negara. Menurut dia, volume impor untuk komoditas beras, jagung, gandum, kedelai, gula, tebu, ubi kayu, bawang putih, dan kacang tanah menanjak dari tahun ke tahun sampai 2018.
Pada 2019, impor komoditas mengendur. Dia menengarai kondisi itu dipengaruhi oleh iklim politik. “Menjelang pilpres, impor cenderung ditekan,” katanya.
Baca: Rizal Ramli: Jika Saya Presiden, Orang Lebih Bangga Jadi Petani Ketimbang Ojek