TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah belum kunjung merealisasikan strategi travel bubble untuk membuka gerbang pariwisata bagi negara lain dengan kerja sama khusus. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan pelaksanaan travel bubble harus hati-hati.
“Travel bubble ini harus hati-hati. Yang penting harus kami pastikan dulu bahwa program protokol kesehatan dapat terlaksana,” ujar Wishnutama saat dihubungi Tempo, Jumat, 4 September 2020.
Wishnutama menjelaskan, kesuksesan pemerintah dalam menggalakkan protokol kesehatan merupakan kunci utama untuk membuka gerbang perbatasan. Dengan begitu, kepercayaan wisatawan untuk datang ke Indonesia kembali pulih.
Wacana travel bubble mengemuka setelah pemerintah melonggarkan PSBB. Travel bubble adalah pembukaan zona batas lintas negara yang memungkinkan warganya bepergian asal tidak melampaui area yang sudah ditetapkan.
Wishnutama menyebut, konsep travel bubble dibatasi oleh destinasi. Artinya, turis hanya dapat menyambangi destinasi tertentu di kota-kota yang sudah ditentukan. Strategi ini semula disiapkan dengan empat negara, yaitu Cina, Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Rencananya, travel bubble akan dilaksanakan pada Juli, namun mundur.