TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pengaduan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Aji Warsito mengatakan pengaduan untuk belanja daring atau belanja online meningkat selama pandemi Covid-19. Selama semester pertama tahun ini, Warsito mengatakan jumlah aduan yang berkaitan dengan belanja online tercatat sebanyak 51 pengaduan. Dari jumlah tersebut, Warsito mengatakan ada kenaikan signifikan dibanding tahun lalu.
"Dari jumlah pengaduan belanja online sebetulnya ada peningkatan dibanding laporan akhir tahun 2019 yang hanya 34 pengaduan yang masuk. Saya kira nanti sampai akhir tahun jumlah tersebut akan meningkat," ujar Warsito kepada Tempo, Kamis, 3 September 2020.
Menurut Warsito, bentuk pengaduan belanja online yang masuk secara umum sama dengan kondisi sebelum pandemi. Misalnya saja, ujar Warsito, konsumen tidak menerima barang pesanannya. Selain itu, spesifikasi barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan. Kemudian, konsumen juga mengadukan pengembalian dana yang tidak dilakukan oleh penjual. Selain itu, ada juga pengaduan pembajakan akun belanja online.
Warsito berharap pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) untuk memitigasi terjadi pelanggaran hak konsumen. Kemudian, penegakan regulasi yang tegas bagi para pelaku kejahatan di dalam jual beli online juga tegas untuk memberikan efek jera bagi para pelaku. "Edukasi dan literasi kepada konsumen terkait transaksi yang aman di dalam jual beli online harus terus dilakukan" kata dia.
Pada 2019, pengaduan konsumen yang lebih banyak masuk ke YLKI itu masalah produk perbankan, pinjaman online, perumahaan, belanja online hingga pembiayaan. Namun, pada 2020 ini ada pergeseran dominasi yaitu. Ketua YLKI Tulus Abadi menyebutkan pada awal pandemi, pengaduan tentang masker dan handsanitizer berkontribusi 33,30 persen. Kemudian, pengaduan belanja online 16,67 persen, dan transportasi sebanyak 25 persen.
"Belanja online menjadi banyak meski di luar pandemi pun sudah marak. Apalagi dalam 3-4 tahun terakhir kita didorong untuk menggerakkan ekonomi digital," kata Tulus.