TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta PT Freeport Indonesia mempercepat penyelesaian pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) di Gresik, Jawa Timur. Dengan begitu, smelter bisa segera memberi manfaat nyata bagi bangsa Indonesia.
"Karena jika ini selesai, kita tinggal mendorong industri hilirnya supaya bisa berkembang," ujar Arifin Tasrif dalam informasi tertulis di Jakarta, Selasa, 1 September 2020.
Adapun pembangunan smelter PT Freeport ini dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2023 mendatang. Nilai investasi proyek ini sebesar US$ 3 miliar.
Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Jenpino Ngabdi telah melaporkan progress pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian minteral atau smelter di Gresik pada anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan kondisi terbaru saat ini, menurut dia, akan sangat sulit memenuhi tenggat waktu penyelesaian pembangunan smelter yang ditetapkan pemerintah di tahun 2023.
Pasalnya, hingga Juli 2020, pembangunan smelter yang ditargetkan mencapai 10,5 persen ternyata realisasinya hanya 5,85 persen. Hal tersebut di antaranya akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan belum adanya kesepakatan antara Freeport dan kontraktor engineering, procurement and construction (EPC) smelter, khususnya terkait biaya dan target waktu penyelesaian proyek.
"EPC terkendala karena ada pembatasan di negara-negara asal. Ada vendor yang belum aktif, akibatnya kontraktor belum finalisasi biaya dan waktu penyelesaian. Belum semua vendor beri penawaran harga final," kata Jenpino, dalam rapat kerja dengan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 27 Agustus 2020.
Jenpino menjelaskan, para vendor dan PC juga mengaku kesulitan memenuhi target pemerintah dan memerlukan adanya revisi jadwal. "Jika memungkinkan, kami memohon ada pelonggaran hingga 2024," tuturnya.