Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance, Eko Listiyanto, menyatakan deflasi berpotensi terjadi hingga akhir tahun. Dia pesimistis Natal dan Tahun Baru mampu meningkatkan konsumsi lantaran masyarakat cenderung menahan diri dan hanya membeli kebutuhan pokok, terutama kelas menengah yang berkontribusi besar terhadap perekonomian. Selain itu kegiatan sosial yang mendorong kegiatan ekonomi masih sulit dilakukan karena dapat memicu penyebaran virus.
Setali tiga uang dengan Faisal, dia berpendapat inflasi tahun 2020 sulit untuk meningkat. "Selama tidak ada stimulus terhadap demand, sulit untuk mendorong inflasi," katanya. Secara tahunan, inflasi Agustus 2020 tercatat sebesar 1,32 persen. Trennya terus menurun sejak awal tahun yang mencapai 2,68 persen. Pemerintah dinilai perlu mempercepat realiasi bantuan kepada masyarakat serta meningkatkan upaya penanganan Covid-19.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan deflasi yang terjadi dua bulan terakhir ini memperkuat peluang ekonomi di kuartal III tumbuh negatif. "Masuk kategori technical recession," ujarnya. Pasalnya deflasi menyebabkan industri menahan diri melakukan ekspansi produksi melihat permintaan pasar yang melemah. Sementara konsumsi masyarakat dan industri merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi.
Shinta berharap deflasi tak terjadi hingga akhir tahun. Dia memproyeksikan inflasi akan kembali positif begitu memasuki kuartal IV melalui peningkatan belanja pemerintah dan pencairan stimulus. "Tekanan untuk “menghabiskan” APBN menjelang akhir tahun sangat tinggi," tuturnya. Namun, pergerakan ekonomi tetap tergantung kepada psikologis masyarakat. Meski stimulus lancar, Shinta menyatakan pertumbuhan ekonomi sulit dipacu jika pasar domestik baik industri maupun masyarakat tak memiliki kepercayaan diri.
Baca juga: Deflasi Juli 2020 Didorong Penurunan Harga Tiket Pesawat hingga Bawang Merah
EKO WAHYUDI | LARISSA HUDA | VINDRY FLORENTIN