TEMPO.CO, Jakarta - CEO PT Jouska Finansial Indonesia alias Jouska Aakar Abyasa Fidzuno mengatakan, merosotnya nilai saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk alias LUCK bukan hanya berimbas pada investasi sejumlah kliennya, melainkan juga pada dirinya dan perseroan. Sebab, ia mengaku juga mengantongi saham tersebut.
"Pada dasarnya, kami sendiri baik Jouska secara institusi, saya secara pribadi, maupun beberapa founder dan advisor Jouska di sini juga mengalami floating loss," ujar Aakar dalam wawancara dengan Tempo, Selasa, 1 September 2020.
CEO Jouska ini mengungkap, secara modal, dana total yang digelontorkan Jouska mencapai Rp 18 miliar untuk menebus saham tersebut. Kini, nilai saham yang dikantongi nilainya hanya sebesar Rp 7 miliar. Sehingga, saham tersebut telah minus Rp 11 miliar.
LUCK mulai tercatat di bursa sejak 28 November 2018. Berdasarkan pantauan Tempo melalui RTI Business, saham tersebut sempat melonjak tinggi pada pertengahan tahun 2019, sebelum kemudian trennya terus menurun. Pada perdagangan Senin, 31 Agustus 2020, saham tersebut ditutup di level 228 atau minus 6,56 persen dari hari perdagangan sebelumnya.
Namun, Aakar menolak untuk menyebut bahwa dana mereka kini sudah nyangkut di saham tersebut. "Kami kan lebih teredukasi soal pasar modal, kami enggak mau disebut nyangkut. Sebelum kita rilis, gak bisa disebut loss. Itu terjadi di kami," tuturnya.
D samping modal awal tersebut, saat ini Aakar pun menambah koleksi saham LUCK melalui buyback dari nasabah Jouska sebagai salah satu upaya penyelesaian masalah dispute. "Tapi dengan tambahan yang baru belum kami hitung lagi totalnya berapa (minusnya) karena sangat dinamis."
Saham LUCK belakangan menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah sejumlah klien Jouska merasa mengalami rugi investasi akibat mengoleksi saham tersebut. Berdasarkan catatan Aakar, ada sekitar 50-60 persen dari 63 klien yang mengajukan dispute kepada Jouska, mengaku mengalami kerugian akibat membeli saham itu setelah mendapat saran perusahaan edukasi investasi itu.