TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif CORE (Center of Reform on Economics) Indonesia, Mohammad Faisal memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 akan kembali terkontraksi hingga minus 2 persen. Adapun pada kuartal sebelumnya pada tahun yang sama pertumbuhan ekonomi pada level negatif 5,3 persen.
"Ini jangan dilihat secara teknis tapi lihat secara trennya. Yang perlu dipahami itu, meskipun minus tapi ternyata trennya membaik dibanding kuartal II-2020, ini masih bagus. Ke depan yang perlu difokuskan ialah bagaimana resesi nggak terlalu dalam dan kita harapkan sustainable sampai kuartal IV-2020," kata Faisal dalam webinar yang diadakan Akurat.co, Selasa, 25 Agustus 2020.
Menurut Faisal, dari segi ekonomi, resesi itu merupakan bagian dari siklus. Di mana pertumbuhan ekonomi itu selalu mengalami fluktuasi. Namun secara keseluruhan, Faisal memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 akan berkisar pada minus 1,5 persen hingga 3 persen.
"Kalau dilihat dari kuartal II dan III di negara lain juga sama. Sedikit negara yang bisa menghindari kontraksi karena penanganan wabah sejak awal. Seperti Cina dan Vietnam sangat serius dari awal pandemi," kata Faisal. "Kita sudah lewat masanya dan pandemi sudah ada di depan. Jadi sekarang tinggal bagaimana stimulus dari pemerintah yang sudah ada dalam program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) atau belum ada di program PEN itu bisa diimplementasikan secara cepat.:
Faisal mengatakan, saat ini pemerintah harus memprioritaskan masyarakat bawah yang sangat terdampak. Hal ini dikarenakan masyarakat bawah tak bisa menunggu lama. Hal itu disebabkan mayoritas kaum papa bergantung pada upah harian dan juga BLT (Batuan Langsung Tunai).