Hal senada pernah disampaikan oleh Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya. Ia menyatakan sentimen uji klinis terhadap vaksin Covid-19 yang menjadi penunjang kenaikan IHSG.
Di sisi lain, kata William, rentang gerak IHSG terlihat masih cukup terbatas. "Sehingga jika terjadi momentum koreksi wajar para investor masih dapat memanfaatkan peluang untuk melakukan akumulasi pembelian saham dengan target jangka pendek," tuturnya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Perkembangan vaksin Covid-19 menjadi katalis positif bagi pergerakan saham dua anak usaha Bio Farma, yaitu Kimia Farma dan Indofarma. Dalam sebulan terakhir, saham KAEF sudah melesat 140,73 persen sedangkan saham INAF melonjak 175,52 persen.
Adapun pada perdagangan terakhir pekan ini, Rabu pekan lalu, 19 Agustus 2020, saham KAEF dan INAF kompak turun masing-masing 1,78 persen dan 1,48 persen. Dalam Sepakan, saham KAEF melemah 1,19 persen sedangkan saham INAF turun 2,06 persen.
Adapun, setiap informasi terbaru dari proses pembuatan vaksin kerjasama Biofarma dan Sinovac memang selalu mengundang perhatian. Terakhir kali, Erick Thohir menyatakan bahwa Biofarma mampu memproduksi 250 juta dosis vaksin Covid-19 pada akhir 2020 pada Selasa, 4 Agustus 2020.
Sontak, harga saham KAEF dan INAF langsung melambung masing-masing 8,06 persen dan 4,59 persen. Tak sampai di situ saja, keesokan harinya, tepatnya pada Rabu, 5 Agustus 2020, baik saham KAEF dan INAF melesat 25 persen. Praktis, kedua saham emiten milik negara tersebut diberi stempel auto reject atas atau ARA.
Pihak Otoritas melalui Bursa Efek Indonesia akhirnya mengambil langkah tegas untuk mensuspensi saham KAEF dan INAF pada Jumat, 7 Agustus 2020, setelah harga sahamnya naik signifikan selama tiga hari berturut-turut.
BISNIS
Baca juga: Saham 2 Emiten Farmasi Meroket 2 Kali Lipat dalam Sepekan