Tapi Salina mengingatkan bank syariah harus bersih dan transparan agar bisa bersaing. “Bank syariah di global seperti Dubai Islamic Bank, nasabahnya sangat besar dari kalangan non muslim. Ini menunjukkan bahwa bank itu bersih, transparan dan sangat kompetitif dalam bersaing dengan bank konvensional,” katanya dalam keterangan resmi, pada akhir Juli 2020.
Salina menjelaskan, yang utama dari merger bank syariah BUMN adalah adanya penerapan prosedur baru yang menjamin perbaikan pelayanan pada nasabah serta asas keterbukaan dan transparansi dalam pengelolaan dana nasabah. Bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi bank terbesar di Indonesia, sehingga perlu dikelola dengan sangat baik dan memperhatikan kebutuhan nasabahnya.
“Yang penting merger antar-bank syariah BUMN bisa menerapkan proses dan prosedur yang terbaik untuk kualitas pelayanan pada nasabah, transparan, dan bersih. Karena merger ini akan membuat bank syariah BUMN menjadi bank terbesar dan sangat kompetitif,” kata Salina.
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya menyatakan tengah berencana menyatukan beberapa bank syariah yang dimiliki BUMN, seperti BRI Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, dan Mandiri Syariah. Erick mengaku sedang mematangkan kajian merger bank syariah tersebut.
"Kita sedang kaji bank-bank syariah kita ini jadi satu semua, kita coba merger, insyaAllah Februari tahun depan (2021) jadi satu bank syariah," kata Erick dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Kingdom Business Community, Kamis malam, 2 Juli 2020.
Dengan penduduk Indonesia mayoritas muslim, Erick Thohir mengatakan potensi perbankan syariah masih sangat besar. Dia menuturkan, dengan keberadaan bank syariah memberikan opsi bagi masyarakat atau dunia usaha yang lebih nyaman menggunakan sistem syariah. "Kenapa saya menginginkan merger syariah? Supaya ada alternatif, supaya jangan sampai Indonesia yang penduduk muslim terbesar tidak punya fasilitas itu."
BISNIS | EKO WAHYUDI
Baca juga: Bank Mandiri Perkirakan Restrukturisasi Kredit hingga Akhir Tahun Rp 160 T