4. Harga Komoditas Global Menguat
Setelah sempat menurun, Josua menyebut harga komoditas global saat ini mulai menunjukkan peningkatan. Baik itu minyak mentah, Crude Palm Oil (CPO), karet, sampai batu bara.
Peningkatan ini terjadi karena sudah ada pembukaan kembali aktivitas ekonomi di sejumlah negara. "Ini salah satu tanda-tanda awal pemulihan, kami harapkan terus berlanjut," kata dia.
5. Volatilitas Rupiah Stabil
Jousa juga mengatakan nilai tukar rupiah memang masih sempat melemah beberapa waktu yang lalu. "Tapi kami mencatat volatilitas rupiah stabil," kata dia.
Saat ini, rupiah berada di posisi sekitar Rp 14.600 sampai Rp 14.700 per dolar Amerika Serikat. Josue menilai stabilnya volatilitas rupiah ini pun menunjukkan pada confidence pelaku pasar sedang cukup baik.
Secara global imbal hasil obligasi negara 10 tahun di tingkat global juga masih cenderung menurun. Situasi ini terjadi seiring dengan suku bunga Bank Sentral di banyak negara yang masih akomodatif.
Tapi, imbal hasil obligasi RI masih lebih tinggi dari negara lain, mencapai 6,8 persen. Negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura, masing-masing hanya 4,06 persen, 2,5 persen, 1,28 persen, dan 0,89 persen.
6. Pembelian Obligasi Jangka Panjang oleh Asing Meningkat
Hingga akhir tahun lalu, sebanyak 34 persen dari kepemilikan obligasi RI oleh investor asing merupakan tenor panjang di atas 10 tahun. Hingga Agustus 2020, angkanya malah meningkat menjadi 37,6 persen.
Memang, kata Josua, secara umum arus modal asing masih net sell secara tahun kalender. Akan tetapi, Ia menyebut pasar obligasi Indonesia dalam beberapa bulan terakhir sudah direspons positif ketimbang awal pandemi. "Investor cenderung lebih confident," kata dia.
Baca juga: Sri Mulyani Kenang 22 Tahun Lalu, Sebut Jokowi Dapat Berkah dari Krisis Ekonomi