TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin mengatakan selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia sering mengalami kendala karena ketidakseimbangan sisi ekspor impor.
Hal ini, menurut dia, membuat defisit neraca perdagangan melebar. Dia menuturkan nilai tambah produk di sisi ekspor lebih rendah dibandingkan nilai tambah di sisi impor.
“Sehingga pada saat pertumbuhan ekonomi naik, pelebaran defisit neraca perdagangan menyebabkan pelemahan rupiah. Ini membuat impor bahan baku dan modal malah menarik pertumbuhan ekonomi kembali ke bawah.” kata Masyita dalam keterangan tertulis, Ahad, 16 Agustus 2020.
Oleh karena itu, Masyita menilai ketidakseimbangan ini perlu di perbaiki. Salah satunya dengan hilirasi sektor-sektor utama sehingga meningkatkan nilai tambah. Penggunaan energi baru terbarukan juga sejalan dengan penyeimbangan sisi ekspor dan impor ini, karena net impor energi masih merupakan bagian yang cukup signifikan dalam defisit perdagangan Indonesia.
Di samping itu, Masyita juga melihat reformasi struktural diperlukan dalam rangka mengubah fundamental ekonomi Indonesia agar sisi penawaran dan sisi permintaan meningkat, dan ekonomi dapat tumbuh di atas potensial.