TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan 2016-2019, Enggartiasto Lukita, menyinggung kebiasaan masyarakat menengah atas yang pelit belanja pada masa Covid-19 dan menahan aktivitas ekonomi. Kelompok masyarakat ini lebih memilih menginvestasikannya pada aset yang likuid seperti emas dan deposito.
Sebab, kata Enggar, emas dianggap sebagai instrumen investasi yang likuid dan terjamin. Akibatnya, harga emas meningkat dan mulai terjadi hal-hal spekulatif.
"Tapi jual beli emas ini tidak mendorong perputaran ekonomi." kata Enggar dalam Forum Diskusi Virtual Denpasar 12 pada Kamis, 13 Agustus 2020.
Di masa pandemi ini, tekanan telah terjadi karena menurunnnya konsumsi masyarakat. Pada pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu, konsumsi rumah tangga minus 5,51 peren (year-on-year/yoy) pada triwulan II 2020.
Tapi dalam beberapa waktu terakhir, harga emas pun terus meningkat setiap harinya. Dari semula sekitar Rp 800-an per gram, saat ini telah nangkring di atas Rp 1 juta per gram.