Akhir pekan lalu, Presiden Joko Widodo memerintahkan pembenahan sektor penerbangan dan pariwisata karena catatan buruk kedua sektor tersebut di triwulan II tahun ini. Jokowi berniat menata 30 bandara berstatus internasional yang dianggap terlalu banyak tanpa kinerja mumpuni.
“Apakah perlu sebanyak ini? Negara lain saya kira tidak melakukan ini,” ucapnya di Istana Kepresienan.
Meski banyak bandara internasional, menurut Jokowi, 90 persen lalu lintas udara hanya terpusat di empat bandara utama, yakni Soekarno-Hatta di Jakarta, Ngurah Rai di Bali, Juanda di Jawa Timur, dan Kualanamu di Sumatera Utara. Dia meminta para menteri segera menentukan lokasi potential untuk ‘international hub’ dengan pembagian fungsi yang sesuai dengan letak geografis dan karakteristik wilayah.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto memastikan arahan presiden dibahas bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan pelaku aviasi lainya. “Tentu ditindaklanjuti,” ujarnya, kemarin.
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura II (persero), Yado Yarismano, mengatakan manajemennya memang sudah merencanakan Bandara Kualanamu sebagai hub internasional wilayah barat Indonesia. Dalam strategi korporasi itu, perusahaan pun mencari rekanan untuk memodali pengembangan bandara tersebut, sekaligus mengembangkan rutenya untuk menjadi penghubung Eropa dan Asia ke kawasan Australia.
Saat ini, Kualanamu sudah bisa menampung total pergerakan 8-9 juta penumpang per tahun, baik domestik maupun asing. “Sekarang porsi volumenya masih 70 persen flight dalam negeri, kami ingin genjot flight asing dengan Medan sebagai hub.”
DEWI NURITA | YOHANES PASKALIS