TEMPO.CO, Jakarta – Para pengelola bandara mulai menggenjot potensi sejumlah bandara utama yang diwacanakan menjadi super hub atau pintu jalur udara internasional menuju Indonesia. Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I (Persero), Handy Heryudhitiawan, mengatakan penataan bandara hub bisa membuat layanan operasional lebih terfokus dan efisien.
“Ini strategi penerbangan nasional untuk menyesuaikan layanan dan peran setiap bandara,” ucapnya kepada Tempo, Senin 10 Agustus 2020,
Bila fungsi bandara sudah terkonsep, baik untuk hub domestik maupun rute asing, perusahaan bisa menata operasional sesuai kebutuhan. Handy memastikan sejumlah bandara yang menjadi calon super hub sudah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir oleh Angkasa Pura I.
Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, dia mencontohkan, sudah lama berfungi sebagai gerbang masuk langit Indonesia Timur. “Sudah relevan dengan konsep hub, apalagi kapasitas terminalnya kami naikkan dua kali lipat untuk menunjang lonjakan demand.”
Bandara Kulon Progo alias Yogyakarta International Airport pun menjadi calon kuat super hub dengan lahan seluas 583 hektare dan kesiapan menampung 8,8 juta penumpang per tahun di Yogyakarta.
Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali pun masuk daftar terdepan super hub dengan potensi kepadatan 24 juta penumpang per tahun. Meski sedang sepi akibat pandemi Covid-19, bandara ini tetap menjadi lahan terbang tersibuk di antara 15 bandara Angkasa Pura I. “Bandara ini sudah mapan sebagai hub tourism terbesar di Indonesia,” tutur Handy.