Dengan strategi investasi seperti ini, perusahaan pun memiliki kesempatan untuk memberikan servis terbaiknya hingga akhirnya terbentuk sebuah ekosistem baru. Sehingga pada akhirnya, perusahaan akan berkontribusi memberikan pertumbuhan pendapatan bagi mitra-mitranya.
Meski begitu, strategi investasi yang kondang disebut bakar uang ini diakui tidak akan dijalankan terus-menerus. "Kalau dilihat dalam 1-2 tahun terakhir, secara bisnis sudah mulai lebih sustainable, konsumen juga sudah lebih appreciate dari servis yang dilakukan platform," ucap Andre. Jadi, konsumen tidak berkeberatan seumpama harga yang ditawarkan dalam aplikasi mengalami kenaikan.
Kendati mengakui menjalankan strategi bisnis tersebut, Andre menyebut ongkos yang dikeluarkan perusahaannya masih tergolong kecil dibandingkan dengan perusahaan serupa lainnya yang terlihat lebih agresif. Apalagi, ia mengklaim Gojek adalah perusahaan milik anak bangsa yang dibentuk atas modal nekat.
"Banyak kompetitor yang dapat duit dari mana, dan mereka ingin market share dan strateginya lebih agresif. Itu terjadi apalagi di zaman (perusahaan rintisan) yang hot banget," kata Andre.
Baca juga: Gojek Blak-blakan Soal Penundaan Rencana Investasi pada Masa Pandemi