TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menceritakan perjalan ekonomi nasional semenjak kejatuhan Orde Lama di tahun 1960-an. Hal ini disampaikan setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal dua tahun 2020 yang minus 5,32 persen.
"Kalau untuk semester satu tahun ini (2020), baru minus 1,26 persen," kata Faisal dalam acara Sarasehan Peradaban Indonesia di Jakarta, Rabu, 5 Agustus 2020.
Menurut Faisal, masih ada posisi yang lebih rendah dibandingkan saat ini yaitu saat krisis ekonomi 1998. Saat itu, ekonomi Indonesia anjlok ke titik terendah sepanjang sejarah Republik Indonesia yaitu minus 13,13 persen.
Saat krisis ekonomi 1998, ekonomi pun jatuh tak tanggung-tanggung. Sebab sekitar tahun 1968 sampai 1995, di bawah rezim Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia berada di titik tertinggi.
Saat itu, ekonomi beberapa kali berada di posisi 11 persen, 9 persen, 8 persen. Tapi saat krisis ekonomi 1998, langsung anjlok dari 8 persen ke minus 13,13 persen. "Konsisten dengan pertumbuhan yang tinggi, tapi dengan fondasi yang rapuh," kata Faisal.
Hari ini, Kepala BPS Suhariyanto juga mengatakan pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen kuartal dua 2020 ini juga merupakan penurunan produk domestik bruto (PDB) terbesar sejak kuartal satu 1999. Saat itu, ekonomi kontraksi 6,11 persen.
Meski demikian, Suhariyano tetap mengimbau agar semua pihak membangun optimisme. Sebab, dia melihat adanya geliat ekonomi sejak relaksasi PSBB pada awal Juni lalu. "Meskipun masih jauh dari total. Jadi triwulan ketiga, harus menggandeng tangan sehingga geliat ekonomi bergerak," katanya.