TEMPO.CO, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yusran Maulana mengatakan industri pariwisata memang paling kelabakan dalam krisis kesehatan pada masa pandemi. Menurutnya, meskipun pemilik hotel sudah menjamin sedemikian mungkin ihwal sanitasi, tetap saja bakal ada masyarakat yang takut untuk bepergian.
“Kalaupun naik karena hari raya, hanya 20 persen dan hanya jarak dekat seperti di Jawa saja, karena pesawat masih banyak prosedur,” kata Yusran, Senin 3 Agustus 2020.
Data internal PHRI, okupansi di sejumlah daerah per akhir Juli masih di kisaran 10-20 persen. Pagebluk ini juga telah membuat dua ribu hotel di berbagai klasifikasi berhenti beroperasi sementara. Begitu juga dengan industri turunan seperti restoran yang dicatat ada delapan ribu yang menutup usahanya.
Akumulasi tersebut diproyeksi telah menghilangkan potensi pendapatan sektor pariwisata senilai Rp 85 triliun.
Bali merupakan daerah dengan tingkat okupansi terendah lantaran ditutup total sejak Maret hingga dibuka perlahan hingga dibuka penuh untuk wisatawan domestik per Agustus ini.
Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan per Juni, angka kedatangan wisatawan ke Bali memang sudah membaik dengan jumlah angka penerbangan yang meningkat dari 92 menjadi 242 penerbangan. “Domestik sudah 11 ribu orang dari 2.500 orang, wisatawan asing masih 32 orang saja dari sebelumnya 500 ribuan,” katanya seperti yang dilansir Antara.