Iklan
Dia mengatakan ketakutan petani di daerah ini adalah air. Padahal, petani harus belajar kebutuhan air pada tiap tanaman berbeda. Dia mencontohkan, pepaya pertama membutuhkan air kurang lebih satu sampai dua jam. Namun, berikutnya hanya butuh waktu 30 menit.
"Lahan kering, kami gunakan sistem irigasi tetes. Misalnya pepaya, pertama dibutuhkan air dua sampai tiga jam kita alirkan air. Tapi kedua ketiga cukup 30 menit saja per harinya. Setiap 4 hari baru disiram lagi," katanya.
Saat ini, Raymundus telah kembangkan berbagai jenis tanaman di atas bukit berbatu itu. Ada buah naga, sayuran, daun bawang dan lainnya. Tanaman tersebut ditanam di lereng bukit yang disulap menjadi lahan pertanian.
Pengembangan kebun organik itu diharapkan bisa memotivasi petani di daerah itu untuk mau berkebun guna memenuhi kebutuhan sehari-hari serta meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah itu.
"Saya pekerjakan banyak warga. Salah satu cara adalah membuat lubang tanaman atau menyiram tanaman, dan saya bayar. Saya harap dengan begitu bisa memotivasi mereka untuk mau berkebun," ujarnya.
Sebagai seorang kepala daerah, Raymundus tidak malu untuk berkotor-kotor mengolah lahan untuk tanaman organik. Walau banyak pihak yang mencibirnya.
"Ada warga yang datang lalu katakan, kalau sudah jadi bupati tidak usah kerja lagi. Saya bliang ke orang itu, Anda salah. Semua orang harus bekerja, walau bupati," katanya.
Selain tanaman organik, suami Anggota DPR RI, Kristina Muki ini juga membuat kompos untuk tanaman organik yang ditanamnya. Kompos yang dibuat berasal dari makanan sisa, kotoran ternak dan lainnya. Dia berharap suatu saat kompos itu bisa dijual ke warga untuk perkembangan lahan pertanian warga.
"Saya sedang melalukan uji mutu. Jila lolos, maka saya siapkan kompos untuk warga di daerah," ujarnya.
Timor Tengah Utara (TTU) yang berbatasan dengan Timor Leste masih miliki banyak lahan tidur yang belum dimanfaatkan dengan baik, oleh warga sekitar. Karena itu, Raymundus selalu mendorong warga agar mau berkebun untuk kesejahteraan masyarakat.
Jejak Raymundus untuk mengembangkan tanaman organik ini diikuti petani. Namanya Yoseph Tanu. Dia mengembangkan tanaman organik berupa pepaya dan pisang di atas lahan seluas 2 hektare (Ha).
"Motivasi saya untuk mengajak anak muda di daerah ini untuk berkebun," katanya.
Dia mengatakan perkebunan yang dibuat ini memanfaatkan lahan tidur. Cara tersebut sama seperti yang saat ini sedang dikembangkan Raymundus.
"Sekarang pak Bupati sedang mengembangkan tanaman organik ini di lahan yang cukup luas," kata Yoseph.
Iklan
Lahan pertanian Bupati dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman berbeda dengan Yoseph yang hanya mengembangkan tiga jenis tanaman, seperti pisang, pepaya dan anggur.
YOHANES SEO