"Dulu saat pertama outbreak (2 Maret 2020), tenaga medis belum tahu cara menangani yang benar," kata Budi Gunadi dalam acara Ini Budi di channel YouTube Tempodotco di Jakarta, Sabtu, 1 Agustus 2020.
Setelah terus-terusan menangani pasien, perlahan mereka mengetahui apa yang harus benar-benar dilakukan. Vaksin memang belum ditemukan. Akan tetapi, obat-obatan yang ada telah membuat puluhan ribu orang berhasil sembuh.
2. Mengandalkan Obat-obatan Eksisting
Perlu dicatat, 65 ribu orang yang pernah terinfeksi virus ini sembuh di saat vaksin belum ditemukan. Menurut Budi Gunadi, salah satu penyumbangnya adalah terapi Covid-19 yang semakin membaik.
Kesembuhan pasien ini dilakukan dengan kombinasi obat antiviral, antibiotik, dan antiinflamasi. Dulu, kata Budi Gunadi, saat Januari hingga Maret 2020, tenaga medis tidak mengerti apa obat yang harus digunakan.
Saat ini semuanya sudah ada dan bisa membawa pasien sembuh. Berdasarkan informasi yang diterima Budi Gunadi dari tim medis, kematian pasien banyak terjadi karena mereka mengeluarkan reaksi antibodi yang sangat besar. Potensi ini yang kemudian ditekan dengan Hydroxychloroquine.
Sejak 15 Juni 2020, pakar epidemiologi dan informatika penyakit menular Dewi Nur Aisyah juga mengatakan pasien Covid-19 yang memiliki fatalitas tinggi hingga meninggal dunia biasanya karena memiliki komorbit atau penyakit penyerta.
"Misalnya penyakit ginjal, dari hasil analisis diketahui berisiko tertular Covid-19 dengan fatalitas tinggi. Begitu juga seseorang yang memiliki imunitas rendah, misalnya karena HIV, lupus, dan lain-lain," kata Budi Gunadi.
3. Deteksi Dini
Di sisi lain, tes polymerase chain reaction atau PCR semakin meningkat. Konsekuensinya, penabahan kasus memang terjadi. Tapi di sisi lain, pasien yang terjangkit virus bisa dideteksi lebih awal.