TEMPO.CO, Jakarta – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan penurunan kinerja keuangan pada semester pertama tahun ini. Berdasarkan laporan perusahaan, maskapai pelat merah itu mengalami kerugian sebesar US$ 712,73 juta atau setara dengan Rp 10,19 triliun.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan entitasnya berharap pemulihan dari sisi penumpang di masa pandemi untuk mengejar arus kas yang lancar. “Sehingga meningkatkan pendapatan kami,” katanya saat dihubungi Tempo pada Jumat, 31 Juli 2020.
Irfan belum memprediksi total pendapatan dari sisi penumpang sampai akhir tahun nanti. Namun, saat ditemui di kantornya pada Rabu, 29 Juli 2020, Irfan bercerita bahwa maskapai mengalami penurunan pendapatan tajam pada Mei lalu lantaran okupansi penumpang emiten berkode GIAA itu tinggal 10 persen.
Saat ini, maskapai masih mengandalkan pendapatan dari penerbangan logistik dan repatriasi. Sedangkan pergerakan penumpang hingga akhir Juli baru meningkat 2-3 persen.
Dikutip dari Bisnis Indonesia, dalam laporan keuangan per 30 Juni 2020, manajemen Garuda Indonesia menyampaikan total pendapatan usaha perseroan sebesar US$ 917,28 juta. Nilai itu anjlok 58,18 persen year on year dari sebelumnya yang mencapai US$ 2,19 miliar.