TEMPO.CO, Jakarta - Ekonomi Prancis mencatatkan kontraksi atau minus 13,8 persen pada kuartal II tahun 2020, angka terdalam sepanjang sejarah, disebabkan turunnya tingkat konsumsi, perdagangan, dan investasi.
Meski demikian, angka ini masih lebih baik ketimbang proyeksi para ekonom, yang memperkirakan ekonomi terbesar kedua Eropa itu bakal terkontraksi hingga 15,2 persen.
"Ini adalah angka yang parah, tapi tidak separah yang diperkirakan. Kita harus melanjutkan respons radikal dan kuat untuk bisa pulih dengan cepat," papar Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire kepada CNEWS, seperti dilansir Bloomberg, Jumat 31 Juli 2020.
Dalam menangani dampak pandemi, Pemerintah Prancis telah mengeluarkan 136 miliar euro untuk dana darurat. Pemerintah juga tengah menyiapkan paket stimulus senilai 100 miliar euro yang akan digunakan untuk investasi industri dan transisi ke ekonomi hijau.
Meski tingkat konsumsi menunjukkan perbaikan, naik ke level yang lebih tinggi ketimbang sebelum lockdown diberlakukan pada Februari 2020, dan inflasi tumbuh lebih cepat dari perkiraan ke level 0,9 persen pada bulan ini, tapi kepercayaan publik masih mengalami penurunan. Pemerintah juga memprediksi tingkat pengangguran dan tingkat kepailitan masih akan naik.