TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah ramai kontroversi rencana anak usahanya melantai di bursa (IPO), PT Pertamina (Persero) membeberkan sejumlah capaian penting yang dicatatkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN. PGN adalah subholding perusahaan minyak dan gas bumi pelat merah pertama yang melaksanakan IPO sejak 2003 silam.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, menjelaskan sejak 17 tahun silam, seluruh penugasan dari pemerintah terhadap PGN tetap berjalan sesuai target. Sedikitnya ada empat catatan penting yang dicapai PGN, yaitu:
1. Sejak PGN melakukan IPO, pembangunan infrastruktur transmisi dan distribusi gas bumi semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan distribusi yang meluas ke beberapa wilayah baru, diikuti dengan pengembangan jaringan gas rumah tangga di sekitar pusat ekonomi yang ditumbuhkan oleh adanya pipa distribusi.
2. Pengembangan jaringan gas bumi atau jargas PGN ke sambungan rumah naik signifikan. Dari sekitar 64.800 Sambungan Rumah (SR) menjadi sekitar 399,6 ribu SR pada tahun 2019. Pembangunan jargas juga telah melayani daerah pelosok seperti Aceh, Kalimatan Utara (Tarakan), Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sorong.
Dari tahun 2000 – 2019, kata Fajriyah, sebaran penugasan jargas mandiri maupun jargas APBN yang dibangun PGN Group sebanyak 399.600 SR di 17 propinsi dan 60 kabupaten/ kota di Indonesia. "Dengan total infrastruktur pipa sekitar 3.800 km,” tutur Fajriyah seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 30 Juli 2020.
3. Meski sempat terkendala oleh pandemi Covid-19, PGN terus melanjutkan pembangunan jargas rumah tangga, dengan target 127.800 SR di 23 Kabupaten/ kota. Selain untuk ketahanan energi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat, program jargas juga memberikan benefit pada penggunaan tingkat kandungan lokal hingga 70 persen, dan dapat menyerap tenaga kerja lokal sekitar 39 ribu pekerja.
4. PGN menempatkan jargas rumah tangga sebagai prioritas utama. Hal ini sesuai dengan target RJPMN pemerintah untuk mewujudkan 4 juta SR, penghematan subsidi Elpiji sebesar Rp 3,3 triliun, pengurangan impor elpiji sebesar Rp 17,25 triliun di tahun 2024.