TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan otobus (PO) mencatat animo masyarakat untuk mudik Idul Adha menggunakan bus masih rendah atau di bawah 50 persen kendati pemerintah sudah melonggarkan sejumlah persyaratan bepergian.
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengatakan sampai Selasa, 28 Juli 2020, tidak terlihat ada lonjakan penumpang menjelang Idul Adha.
Baca Juga:
"Kalau sampai hari ini belum ada lonjakan, keterisian penumpang masih rata-rata 30 persen, pemesanan tiket menjelang Idul Adha pun belum terlihat ada lonjakan," katanya kepada Bisnis.com, Selasa, 28 Juli 2020.
Dia menyebut pergerakan yang cukup signifikan menjelang Idul Adha atau Lebaran Haji ini hanya terjadi pada aktivitas angkutan darat ke wilayah Jawa Timur. Adapun, peningkatan pergerakan membuat tingkat keterisian penumpang mencapai 50-60 persen.
Sementara itu, katanya, armada bus pun banyak yang belum beroperasi dan masih banyak yang idle atau diam di pul. Saat ini hanya sebanyak 40 persen armada bus beroperasi, dan pengoperasian ini terutama untuk trayek DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Padahal, pemerintah telah memberikan kelonggaran berupa peningkatan batas maksimal okupansi dari yang semula hanya 50 persen menjadi 70 persen, serta persyaratan bepergian via jalur darat kini hanya menyisakan pengisian aplikasi CLM (Covid-19 Likelihood Metric).
"Kami pastikan calon penumpang menggunakan masker selama perjalanan dan kami menyediakan hand sanitizer. Namun, rata-rata masyarakat sudah membawa masing-masing peralatan sesuai protokol kesehatan," ujarnya.
Operator bus dan pengelola terminal pun tetap memastikan jika calon penumpang tidak dalam keadaan demam dengan mengecek suhu badan sebelum naik ke bus.
BISNIS