TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas yang hari ini menembus rekor level tertinggi sepanjang sejarah diprediksi bakal terus melanjutkan tren penguatan tajam dalam jangka pendek.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memperkirakan tren penguatan harga emas masih akan terjadi seiring dengan faktor pendukungnya yang juga masih akan bertahan di pasar dalam jangka menengah.
“Tren penguatan masih belum akan hilang, kecuali vaksin ditemukan, mungkin tren harga emas baru akan berbalik ke bawah,” ujar Ariston ketika dihubungi, Senin, 22 Juli 2020.
Salah satu sentimen positif yang membawa emas untuk mencetak rekor baru, kata Ariston adalah kekhawatiran pasar terhadap peningkatan jumlah kasus Covid-19 di dunia, terutama di Amerika Serikat. Hal itu pula yang menekan pergerakan dolar AS yang juga menjadi keuntungan bagi harga emas di pasar spot untuk terus melaju dengan kencang di zona hijau.
Selain itu, katalis positif lainnya berasal dari rencana stimulus pemerintah AS senilai US$ 1 triliun yang akan memberikan likuiditas ke pasar keuangan sehingga semakin memberikan tekanan pada dolar AS. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,45 persen ke level 94,009.
Tidak hanya itu, hubungan AS dan Cina yang semakin panas setelah kedua negara saling membalas untuk memerintahkan menutup kantor konsulat diplomatik masing-masing negara juga menjadi katalis positif emas.