"Kita sudah menengah atas dan di era Jokowi kita lihat share investasi terhadap PDB ini tertinggi sepanjang sejarah jadi Pak Jokowi menafikan sendiri keberhasilannya," ucap dia.
Baca Juga:
Kendati demikian, Faisal mengatakan, kualitas investasi Indonesia terbilang buruk. Sebab, investasi Indonesia lebih banyak mengarah ke pembangunan atau sektor konstruksi. Berdasarkan catatan Bappenas, dalam kurun waktu 2007 - 2016 sekitar 75 persen investasi Indonesia lebih banyak ke bangunan dan konstruksi, sisanya untuk mesin dan peralatan.
Faisal pun meminta pemerintah dapat berkaca dengan sejarah investasi negara lain. "Kurun waktu 2007-2016 (negara lain) investasi mesin dan peralatan lebih tinggi. Kita cuma 20 persen dari total investasi. Afrika Selatan dua kali lipat dari kita, Meksiko 2,5 kali lipat (dari kita). Sementara Thailand, Malaysia dan Filipina 3 kali lipat dari kita," ucap Faisal.
Pada 12 Februari lalu, untuk menggenjot kenaikan peringkat kemudahan berbisnis itu, Jokowi menyebutkan ada sejumlah hal untuk menjadi fokus pembenahan pemerintah.
Jokowi menyebutkan masalah utama yang harus dibenahi adalah prosedur dan waktu yang harus disederhanakan. Dia menilai prosedur di Indonesia masih tergolong ruwet dan membutuhkan waktu lama.
Ia mencontohkan saat ini di Indonesia untuk memulai usaha membutuhkan 11 prosedur yang akan memakan waktu 13 hari. Sementara itu di Cina hanya perlu 4 prosedur dalam 9 hari.
Jokowi juga meminta Menko Perekonomian dan BKPM membuat dashboard monitoring dan evaluasi secara berkala sehingga dapat memastikan perbaikan di beberapa komponen yang masih bermasalah.
EKO WAHYUDI I BISNIS