TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah pandemi Covid-19, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatakan laba bersih sebesar Rp 12,24 triliun. Capaian ini turun 4,8 persen (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 12,86 triliun.
Meski demikian, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai kinerja keuangan sepanjang enam bulan pertama tahun masih cukup soid. "Terutama di tengah pandemi Covid-19 ini," kata dia dalam konferensi pers virtual pada Senin, 27 Juli 2020.
Penurunan laba bersih ini juga dipicu rendahnya permintaan kredit. Sepanjang periode ini, portofolio kredit tumbuh 5,3 persen menjadi Rp 595,1 triliun. Kredit korporasi tetap tumbuh 17,7 persen menjadi Rp 257,9 triliun. Namun, kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) turun 0,9 persen menjadi Rp 184,6 triliun.
Sementara tahun lalu, BCA meraup laba bersih sebesar Rp 12,86 triliun sepanjang Semester I 2019. Capaian laba ini naik 12,6 persen yoy dibandingkan periode yang sama 2018, yang mencapai Rp 11,4 triliun.
Saat itu, Jahja mengatakan pertumbuhan laba yang positif tersebut ditopang oleh kinerja operasional yang solid. Pendapatan bersih meningkat 13,1 persen yoy menjadi Rp 24,6 triliun.
Selain itu, portofolio kredit juga meningkat 11,5 persen yoy menjadi Rp 565,2 triliun. Paling kencang adalah kredit korporasi, meningkat 14,6 persen yoy menjadi Rp 219,1 triliun. Lalu kredit komersil dan usaha kecil menengah (UKM), meningkat 12,5 persen yoy menjadi Rp 189,2 triliun.
Adapun sepanjang 2019, total laba bersih yang berhasil diraup BCA mencapai Rp 28,6 triliun. Capaian ini tumbuh 10,5 persen dibandingkan tahun 2018 yang sebesar Rp 25,8 triliun.
FAJAR PEBRIANTO