Selanjutnya, penjualan ke Bangladesh sebesar 0,5 juta ton, Thailand sebesar 0,4 juta ton, India sebesar 0,3 juta ton, Filipina sebesar 0,3 juta, dan sisanya berasal dari negara Asia Timur dan Tenggara lainnya.
Selain itu, Yulius mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 dan pembatasan akses beberapa negara tujuan ekspor, perseroan akan tetap mempertahankan pasar yang ada khususnya di Asia sembari menjajaki pasar baru yang masih tumbuh seperti Vietnam, Bangladesh, Myanmar, dan pasar domestik.
Sementara itu, perseroan terus menjalankan inisiatif pengurangan biaya guna menyikapi ketidakpastian pasar dan penurunan harga batu bara yang sampai saat ini masih bergerak di kisaran US$50-US$55 per ton.
Emiten dengan kapitalisasi besar itu mengaku telah melakukan inisiatif penurunan strip ratio, overhead cost, dan biaya kontraktor.
“Kami memperkirakan harga cash cost kami akan turun sekitar 15 persen dibandingkan dengan tahun lalu,” jelas Yulius.
Di sisi lain, pada kuartal I/2020 perseroan mencatatkan penurunan rata-rata harga jual batubara sebesar 17 persen dari US$71,1 per ton menjadi US$58,7 per ton secara year-on-year.
Penurunan harga batu bara yang tajam ini disebabkan oleh turunnya permintaan batu bara yang disebabkan oleh musim semi dan diperparah oleh situasi pandemi.
Akibatnya, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik pada kuartal I/2020 menyusut hingga 61,2 persen menjadi US$15,4 juta dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun lalu senilai US$39,74 juta.
Adapun, pada kuartal I/2020 perseroan juga mencatatkan penurunan pendapatan hingga 19,23 persen menjadi senilai US$365,9 juta dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu senilai US$453,02 juta.