TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan perseroan memerlukan dana belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar US$ 133 miliar untuk mendanai rencana restrukturisasi bisnis dan portofolio.
Menurut dia, ada banyak cara untuk mendapatkan dana, salah satunya melalui penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). "Kenapa tidak bond aja, iya bond, tapi kan akan ke hit di debt to equity rasionya, ada batasannya dan ini harus dikembalikan karena namanya pinjaman," kata Nicke diskusi virtual, Ahad, 26 Juli 2020.
Dia menuturkan jika dilakukan IPO di anak-anak perusahaan Pertamina, pendanaan akan lebih fleksibel, karena tidak akan terdampak kepada debt to equity rasio perseroan.
"Dan tidak ada harus mengembalikan pokok dari pinjaman tersebut," ujar dia.
Adapun, dia menuturkan, dari kebutuhan US$ 133 miliar tadi, Pertamina memiliki kemampuan internal dari equity, yaitu sebesar 47 persen. Kemudian yang 15 persen melalui equity financing dan project financing sebesar 10 persen.
"Ini yang melatarbelakangi, kemudian tantangan yang diberikan pemegang saham kepada Pertamina untuk melakukan IPO di anak perusahaannya," kata dia.
HENDARTYO HANGGI