TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan sisa penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Semester II sebesar Rp 900,4 triliun.
"Kami telah menerbitkan SBN pada semester I kurang lebih Rp 630 triliun, jadi sisanya itu pada semester II harus menerbitkan Rp 900,4 triliun," ujar Luky dalam konferensi video, Jumat, 24 Juli 2020.
Luky mengatakan skema berbagi beban antara pemerintah dan Bank Indonesia berperan penting dalam menjaga sustainibilitas fiskal pemerintah. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama II antara pemerintah dan Bank Indonesia, bank sentral bakal menanggung beban pembiayaan untuk public goods.
"Pembelian SBN ke BI melalui private placement sebesar Rp 397,56 triliun, sehingga supply SBN ke market di semester II adalah sekitar Rp 453 triliun," ujar Luky.
Di samping merealisasikan SKB II, pemerintah dan BI tetap menjalankan SKB I, yakni bank sentral akan menjadi pembeli siaga dalam lelang-lelang SBN. Hingga Juni 2020, BI telah menggelontorkan Rp 30,3 triliun untuk membeli surat utang pemerintah.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, Luky mengatakan pada semester II pemerintah berencana menerbitkan SBN ritel sebesar Rp 35-40 triliun. Di samping menerbitkan Samurai Bonds Rp 13,5 triliun.
Kemudian, pemerintah juga akan melaksanakan lelang SBN pada semester II sekitar Rp35 triliun sampai 40 triliun per dua pekan. “Ini rata-rata jadi bisa saja saat lelang SBN kita ambil hanya Rp 32 triliun. Nanti ada satu lagi kita ambil Rp 45 triliun. Tapi kalau kita lihat selama satu semester ratenya ada di Rp 35 triliun sampai Rp 40 triliun,” tutur Luky.
Selain itu, ia mengatakan untuk rencana peminjaman luar negeri proyek atau kegiatan pada 2020 sebesar Rp 29,5 triliun. “Pinjaman proyek ini karena kondisi Covid-19, maka proyeknya agak kecil dan kita tunda. Tapi di semester II kita akan meraih sebesar Rp24 triliun,” ujarnya.
Selanjutnya, untuk rencana penarikan pinjaman program pada 2020 adalah sebesar US$ 7,3 miliar. Pada semester II, pemerintah berencana menarik pinjaman program sebesar US$ 5,5 miliar.
CAESAR AKBAR