Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pulau Bintan di Kepulauan Riau, Wan Rudi, mendesak pemerintah pusat melonggarkan akses pelancongan asing ke wilayahnya yang bukan merupakan zona merah pandemi. Tak hanya dengan penerbangan, Bintan bisa ditempuh dalam waktu 50 menit melalui kapal feri dari Singapura.
“Kalau belum boleh penuh, setidaknya dibuka parsial dulu, karena kami sudah zero kasus Covid,” tuturnya, kemarin.
Dalam kondisi normal, Bintan bisa menyambut kunjungan 2.000 turis asing per hari atau 700 ribu orang per tahun, mayoritas dari Singapura dan Cina. Rudi mengklaim sudah menyiapkan protokol yang sengat ketat. Turis yang masuk wajib dikarantina selama dua pekan di beberapa desa wisata Bintan, sebelum diizinkan berkeliling. “Kami sudah lama meminta agar jadi pilot project pembukaan wisata mancanegara, tapi belum dikabulkan.”
Sekretaris Perusahaan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (persero), Miranti Nasti Rendranti, mengatakan dua destinasi yang dikelola entitasnya, yaitu Nusa Dua di Bali dan Mandalika di Nusa Tenggara Barat, pun akan dibuka untuk kunjungan asing setelah memenuhi persyaratan.
“Soal timeline, kami mengikuti kebijakan pemerintah daerah di lokasi itu," katanya
Meski masih berfokus pada reaktivasi wisata lokal, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wisnutama Kusubandio, mengatakan bakal meningkatkan konektivitas dan mencari potensi kunjungan dari negara lain.
Menurutnya, kapasitas kursi penerbangan menuju Thailand sudah menembus 55 juta seat per tahun, melebihi Singapura yang juga mencapai 45 juta seat, serta Malaysia sekitar 40 juta seat. “Indonesia hanya 25 juta seat per tahun, masih tertinggal padahal potensi wisata kita tinggi.”
Koneksi udara menjadi pilihan utama. Terlebih, sejumlah maskapai asing sudah mulai mengaktifkan rute ke Indonesia pada bulan ini, seperti Qatar Airways menuju Denpasar, Singapore Airlines menuju Jakarta dan Medan, serta Scoot yang terbang ke Surabaya.