TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yunita Linda Sari menyebutkan kinerja pasar modal Indonesia sepanjang 2020 masih menunjukkan pelemahan. Dari 12 bursa efek negara Asia Pasifik, Indonesia mengalami penurunan indeks harga saham gabungan atau IHSG terbesar kedua, di bawah Filipina.
"Indonesia memang termasuk yang paling besar (penurunannya)" kata Yunita dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 22 Juli 2020.
Yunita menjabat sebagai Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal II. Ia kemudian menjadi Plt Deputi Komisioner, menggantikan pejabat sebelumnya Fakhri Hilmi yang menjadi tersangka dalam kasus korupsi Jiwasraya.
Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, 21 Juli 2020, IHSG ditutup di posisi 5.114,71. Posisi ini turun 18,81 persen year-to-date (ytd).
Tertinggi yaitu Filipina (PSEi) yang ditutup di posisi 6.136,31 pada hari yang sama, 21 Juli 2020. Posisi ini turun 21,48 persen ytd.
Sementara itu, 10 negara lain berada di bawah Indonesia dan Filipina. Urutannya yaitu Singapura (STI) turun 18,23 persen ytd, Thailand (SET) turun 12,91 persen ytd, Hong Kong (HSI) turun 9,06 persen ytd.
Selanjutnya Australia (AS30) turun 7,84 ytd, Dow Jones (INDU) turun 6,51 persen ytd, Japan (Nikkei225) turun 3,27 persen ytd.
Sebaliknya, empat bursa di justru mengalami penguatan. Dari yang terendah yaitu Malaysia (KLCI) naik 0,51 persen ytd, Korea Selatan (KOSPI) naik 1,42 persen ytd, Taiwan (TWSE) naik 3,34 persen, dan yang tertinggi China (Shanghai), naik 8,88 persen.
Indikator lainnya yaitu kapitalisasi pasar modal di Indonesia yang juga mengalami penurunan. Dari posisi 7.265,02 pada 30 Desember 2019 menjadi 5.929,35 pada 21 Juli 2020. Kemudian, net buy juga masih dalam kondisi negatif. Dari posisi Rp 49,2 triliun pada 2019, menjadi minus Rp 1,75 triliun hingga 17 Juli 2020.