Dia menyampaikan uji coba di lapangan telah dilakukan terhadap orang yang diklaim positif terkena Covid lalu berhenti setelah diberikan Eucalyptus. “Tapi yang jelas, Indonesia memiliki rempat-rempah dan tanaman obat yang dibutuhkan oleh dunia seperti India, Turki, dan Italia," ucap Syahrul.
Sementara itu, Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Fadjry Djufry mengatakan kementerian tidak menjual inovasi berbasis Eucalyptus. Menurut dia, mitra industri Kementan lah yang memproduksi dan menjual inovasi berbasis Eucalyptus itu.
“Kami tegaskan kembali, sebagai lembaga pemerintah tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas penjualan. Kami berinovasi sebagai kontribusi bagi negara di tengah pandemi. Latar belakangnya jelas, dengan memanfaatkan sumber daya alam Indonesia yang luar biasa melimpah,” ujar Fadjry dalam keterangan tertulis, Rabu, 8 Juli 2020.
Dia mengatakan, supaya masyarakat dapat membeli produk berbasis Eucalyptus dengan harga terjangkau, Kementan telah melakukan kerja sama dengan mitra industri untuk dapat memproduksi inovasi secara massal. Keterlibatan industri, kata dia, diharapkan dapat mempercepat pemanfaatan produk agar sampai di tangan masyarakat, mengingat Balitbangtan tidak boleh berbisnis sebagai lembaga riset.
“Prototype produk Eucalyptus ini adalah hasil riset kolaborasi pusat penelitian di bawah Litbangtan. Begitu juga lisensinya sudah dengan salah satu mitra industri. Soal harga mereka sendiri yang tentukan. Cost produksi kan sudah urusan mereka," kata Fadjry.
Perihal penyebutan nilai produk yang dilansir media, menurutnya itu hanya preferensi harga yang diharapkan Kementerian Pertanian. "Kami ingin harganya nanti terjangkau. Tidak memberatkan masyarakat, sehingga manfaatnya dirasakan berbagai kalangan masyarakat," ujar dia.
MUHAMMAD BAQIR | FRANCISCA CHRISTY ROSANA