Dikonfirmasi terkait isi pembahasan itu, Boy lalu mengatakan pertemuannya dengan Adian Napitupulu ingin menyelesaikan persoalan yang terkait dengan Erick Thohir. Boy juga berjanji menyampaikan keluhan Adian kepada adiknya. “Kalau ada acara keluarga, kami kan masih ketemu. Biar nanti saya sampaikan,” kata Boy.
Pertemuan Adian dan Boy tidak membuahkan hasil. Tak lama setelahnya, Adian mengeluarkan surat terbuka kepada Erick yang isinya mempersoalkan dana talangan Rp 8,5 triliun kepada Garuda Indonesia. Adian juga mempertanyakan pengangkatan sejumlah komisaris BUMN berusia tua. “Saya berhak kritis terhadap kinerja pemerintah,” kata Adian.
Hingga pertengahan Juli, belum ada nama yang dikirimkan Adian mendapat kursi Komisaris BUMN. Erick menjelaskan, dia tidak bisa mengakomodasi semua nama yang diajukan Adian. “Saya juga mesti fair dengan yang lain,” kata Erick.
Untuk menjaring nama-nama komisaris dan direksi, Erick mengakui menggunakan firma head hunter untuk memilih pakar dan calon berkualitas. Nama-nama yang dianggap memiliki kemampuan dan kapabilitas akan disorongkan kepada Presiden Jokowi untuk selanjutnya diputuskan.
Ketua PDIP Bambang Wuryanto mengatakan persoalan antara Adian dan Erick tak terkait partainya. “Itu persoalan pribadi,” tuturnya.
Simak artikel selengkapnya di Majalah Tempo edisi 18 Juli 2020 berjudul “Bancakan Jatah BUMN”.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | MAJALAH TEMPO