TEMPO.CO, Jakarta - Investor dari Rusia memutuskan untuk hengkang dan mencabut investasinya dari proyek kereta api batu bara di Kalimantan Timur. Padahal, proyek kereta api di Kaltim ini semula masuk dalam proyek priotitas Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).
Dalam situsnya, KPPIP menyebutkan proyek kereta Kalimantan Timur ini membutuhkan investasi Rp 53,3 triliun. Dana ini untuk membangun lintasan rel sejauh 203 kilometer.
Sebelumnya, Rusia sebagai investor menghentikan uji kelayakan proyek kereta api pertama di Kalimantan ini. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva mengatakan bahwa Russian Railways (RZD) yang merupakan badan usaha milik negara di negaranya telah menginvestasikan sekitar 18 juta dolar rubel dalam pengembangan proyek.
“Sayangnya itu telah berhenti dan salah satu alasannya adalah bahwa rencana ini sebenarnya bertabrakan dengan rencana pemerintah Indonesia untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Kalimantan Timur, Arih Frananta Filipus Sembiring, menyebutkan pihaknya akan bergerak secepat mungkin agar proyek yang mandeg ini kembali dapat dimulai. “Untuk sektor perkeretaapian ini, Menhub [Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi] menyampaikan karena keterbatasan dana APBN, diharapkan daerah bisa mendapatkan investor dengan sistem B2B atau business to business,” jelas Arih seperti dikutip Bisnis, Ahad 19 Juli 2020.
Menurutnya kepastian pembangunan proyek kereta api dilakukan dengan investor baru setelah dirinya melakukan rapat virtual Kementerian Perhubungan. “Pak Menteri menyambut baik usulan tersebut, menjawab setiap usulan yang disampaikan dan memberi arahan kepada para Dirjen terkait untuk dapat merespon usulan-usulan, baik dari Kadishub Kaltim maupun Sulut dan segera melakukan koordinasi lanjutan,” kata Arih.
Sembiring menuturkan bahwa Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi meminta agar segera dicari investor untuk kelanjutan program pembangunan rel kereta api.
BISNIS