Dengan begitu, dapat disimpulkan ketika peran ekspor dan impor suatu negara dalam PDB berada di kisaran 50-100 persen, maka negara tersebut akan lebih rentan. Faisal lalu mencontohkan Vietnam, Malaysia dan Thailand juga diprediksi mengalami kontraksi karena peranan perdagangan luar negerinya relatif tinggi.
Lebih jauh, Faisal menyebutkan transaksi perdagangan Indonesia selalu terbantu jika dunia mengalami resesi maupun tatkala perekonomian Indonesia mengalami tekanan berat. Bahkan, membuat current account berbalik menjadi surplus seperti pascakrisis 1998. Namun sayangnya hal ini tidak bisa terus-terusan dipertahankan.
Ke depan, Faisal menyarankan tumpuan Indonesia agar terhindar dari krisis lebih dalam adalah lewat belanja pemerintah. Selain itu, harus ada upaya menggenjot konsumsi rumah tangga yang merupakan penopang utama perekonomian dengan sumbangan dalam PDB sebesar 57 persen.
Pasalnya, investasi yang merupakan penyumbang terbesar kedua tidak bisa diandalkan karena dunia usaha fokus mempertahankan produksi yang ada. Berbagai macam bantuan kepada masyarakat yang rentan dari dampak Covid-19 berupa bantuan langsung tunai, Program Keluarga Harapan (PKH) bisa dinaikkan nilai bantuannya dan diperluas jumlah penerimanya. Dengan begitu daya beli masyarakat bakal tetap terjaga.
Faisal pun yakin bila Covid-19 bisa segera dijinakkan, Indonesia berpeluang tidak mengalami resesi karena pertumbuhan kuartal III tahun 2020 masih ada kemungkinan positif kembali. "Separah-parahnya tekanan yang bakal kita hadapi, agaknya resesi tidak akan sedalam Singapura dan beberapa negara tetangga," ucapnya.
BISNIS