TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang 2 Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Ajib Hamdani mengatakan resesi Singapura tidak akan memberikan kontraksi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Apalagi, kata dia, hubungan dagang Indonesia dengan Singapora hanya surplus US$ 1 miliar.
"Jadi kontraksi ekonomi yang terjadi di Singapura tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kontraksi ekonomi yang berpotensi terjadi di Indonesia," kata Ajib dalam diskusi virtual Jumat, 17 Juli 2020.
Dia menilai perekonomian Indonesia sangat kuat. Sebab, 60 persen disumbang oleh sektor usaha kecil menengah atau UKM.
"Jadi kalau pemerintah bisa mendorong sektor UKM, ekonomi bisa rebound dengan cepat," ujarnya.
Terlebih, kata dia, penduduk Indonesia yang 270 juta orang dapat membuat permintaan domestik menjadi tetap tinggi berkontribusi untuk ekonomi.
"Jadi tidak mengherankan, Indonesia negara terbaik kedua setelah Cina dalam konteks perbaikan ekonomi," kata dia.
Kendati begitu, dia mengingatkan agar pemerintah tetap mencermati kondisi perekonomian global dan dampaknya terhadap Indonesia.
Sebelumnya, Singapura telah mengeluarkan rilis bahwa pertumbuhan ekonomi masuk ke definisi resesi. Bahkan di kuartal kedua, Singapura minus 12 persen dibanding kuartal pertama, dan secara year on year sudah minus 41,2 persen.
Adapun Hipmi, kata Ajib, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II minus 3 hingga 5 persen.
HENDARTYO HANGGI