TEMPO.CO, Jakarta - Cathay Pacific Airways memperkirakan perusahaan akan merugi hingga HK$9,9 miliar atau US$ 1,28 miliar atau Rp 18,87 triliun dalam enam bulan pertama 2020.
Menurut South China Morning Post, ini akan menjadi kerugian terbesar sepanjang sejarah perusahaan berdiri. Kerugian terbesar sebelumnya terjadi puncak krisis keuangan global 2008, ketika perusahaan kehilangan HK$8,6 miliar.
Manajemen maskapai mengungkapkan kerugian ini dipicu oleh pandemi Covid-19. Posisi keuangan Cathay berbalik negatif pada semester I 2020, setelah mencetak laba bersih HK$ 1,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Perusahaan mengatakan 16 pesawat Cathay Pacific dan Cathay Dragon tidak akan kembali beroperasi hingga musim panas 2021, yang menyebabkan kerugian sekitar HK$2,4 miliar.
Ini adalah pertama kalinya maskapai ini memperkirakan berapa banyak pesawat yang diperlukan untuk mengoperasikan jadwal optimal pasca-pandemi, sehingga memberikan indikasi ukuran perusahaan yang lebih baik dan berapa banyak staf yang pada akhirnya akan dibutuhkan.
Maskapai ini merugi hingga HK$3 miliar sebulan sejak Februari karena pandemi ini melumpuhkan industri penerbangan di seluruh dunia.
Setelah memenangkan persetujuan pemegang saham pada hari Senin lalu, 13 Juli 2020, untuk melakukan restrukturisasi modal HK$39 miliar, Cathay kini mengalihkan perhatiannya untuk merombak bisnis agar cocok untuk dunia pasca-pandemi.
Dikutip dari South China Morning Post, maskapai ini juga mengantongi HK$680 juta dari skema subsidi dunia usaha dari pemerintah Hong Kong pada Selasa, 14 Juli 2020.
Lam mengungkapkan maskapai akan tetap berhati-hati dan gesit untuk menjalankan operasional dan layanan penerbangan.
Pada Juni lalu, Cathay hanya mengangkut kurang dari 1 persen volume penumpang pesawat. Perusahaan kini hanya melayani rata-rata 900 orang per hari, jauh berkurang dari rata-rata 100 ribu penumpang per hari.
BISNIS