Sebab, menurut Jahja, bank juga memperhatikan sejumlah potensi dari perusahaan itu. "Mereka tetep harus pertahankan karyawannnya, bayar gaji, THR. Mereka bisa ambil dari modal kerja. Dan kredit modal kerja BCA tidak disetop sama sekali," katanya.
Meski begitu, BCA tidak pernah memaksakan para debitur untuk menggunakan seluruh plafon kredit yang diberikan. "Misalnya kita beri plafon Rp 10 miliar, tapi kalau diambil baru Rp 5 miliar ya monggo, silakan. Baru pada titik itu kita bicara, layak atau tidak bila ditambah," ucapnya.
Selain jenis industri, kata Jahja, yang jadi pertimbangan BCA dalam menggelontorkan kredit adalah profil tiap nasabah. "Dilihat satu per satu nasabah, bakal bisa balik kembali, dan memang butuh pertolongan. Kita tidak terpaku sektor tertentu, tapi lihat nasabahnya juga. Kalau bagus, ya kita support."
Lebih jauh Jahja menjelaskan selama enam bulan terakhir plafon kredit yang diberikan BCA bertambah Rp 45 triliun. Namun riilnya, tidak seluruh dana itu dipakai debitur.
"Artinya kita tidak bisa paksa mereka. Misalnya kredit investasi atau kredit modal kerja Rp 100 miliar, mereka baru pake Rp 50 miliar, tidak bisa kita minta pakai lagi Rp 50 miliar sisanya. Yang penting tugas kita sediakan Rp 100 miliar. Silakan, monggo pakai," katanya.