Di samping itu, Perry mengatakan neraca pembayaran Indonesia pada triwulan II diprediksi mulai membaik. "CAD (current account deficit) juga turun terlihat dari data Mei 2020 yang menunjukkan neraca perdagangan surplus US$ 2,09 miiar," tuturnya.
Meski, kata Perry, surplus itu terjadi karena adanya kontraksi impor yang cukup dalam dibandingkan degan penurunan ekspor. "Namun demikian, tetap terjadi perbaikan."
Proyeksi kontraksi atas pertumbuhan ekonomi Indonesia di antaranya disampaikan oleh Dana Moneter Internasional atau IMF. Dalam prediksinya, IMF menghitung Indonesia akan mengalami kontraksi atau tumbuh minus 0,3 persen pada tahun 2020 ini. Hal tersebut dicantumkan dalam World Economic Outlook (WEO) Juni 2020 IMF yang dirilis pada Rabu, 24 Juni 2020.
Meski begitu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami rebound hingga ke kisaran lebih dari 6,1 persen. Jika dibandingkan dengan negara-negara dengan ekonomi berkembang, kontraksi ekonomi Indonesia disebut lebih rendah.
Sebagai contoh, Argentina mengalami kontraksi hingga -9,9 persen, Brasil -9,1 persen, India -4,5 persen, Korea -2,1 persen, Malaysia -3,8 persen, Meksiko -10,5 persen, Thailand -7,7 persen dan Filipina -3,8 persen.
Dalam proyeksinya, IMF menyebutkan dua poros ekonomi besar dunia Cina dan Amerika Serikat mengalami perbedaan yang signifikan. Amerika Serikat diperkirakan mengalami kontraksi perekonomian hingga 8 persen. Sementara itu, Cina selamat dari kontraksi dengan pertumbuhan 1 persen tahun 2020.
RR ARIYANI | FRANCISCA CHRISTY | BISNIS