Di samping itu, pembelian saham, juga bisa menjadi salah satu upaya untuk menjaga kepercayaan pasar. “Kalau terlambat orang enggak percaya duluan, susah buat berikan kepercayaan lagi,” katanya.
Sembari mempersiapkan proses penyehatan bank, Aviliani menjelaskan perusahaan bisa memberikan blanket guarantee atau instrumen tindakan darurat kepada nasabah. “Sebab yang ditakutkan itu kan dana di atas Rp 2 miliar yang akan cabut,” tuturnya.
Sebelumnya, Cathay dikabarkan segera mengambil alih Mayapada dari kepemilikan lama. Direktur Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi tidak membenarkan maupun menampik isu tersebut. Namun, ia menjelaskan bahwa saat ini Cathay melalui Cathay Life Insurance merupakan salah satu pemegang saham pengendali Bank Mayapada. “Mereka (Cathay) memang punya keinginan untuk meningkatkan porsi kemilikannya sebagai bagian dari langkah strategis jangka panjang,” tuturnya saat dihubungi Tempo, Senin, 13 Juli.
Cathay diketahui telah mengempit 37,33 persen saham di Bank Mayapada Internasional. Otoritas Jasa Keuangan pun sudah memberi lampu hijau untuk Cathay, perusahaan dengan aset total US$ 340 miliar, mengambil 51 persen atau lebih saham Bank Mayapada.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan Slamet Edy Purnomo mengatakan Cathay sedang melakukan uji tuntas. “Asalkan punya komitmen untuk pengembangan bank yang lebih baik. Cathay adalah perusahaan besar yang sudah tidak diragukan lagi,” ujar Slamet.
Bank Mayapada Internasional masuk dalam catatan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu dari tujuh bank yang bermasalah berdasarkan audit lembaga tersebut terhadap pengawasan OJK kepada bank umum periode 2017-2019.