TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bertekad untuk menggenjot transformasi digital di Indonesia. Terlebih, saat ini sudah ada modal awal yaitu 150 juta penduduk atau 56 persen yang sudah menjadi pengguna aktif internet.
"Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi percepatan transformasi digital," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga dalam diskusi virtual Sekolah Politik Indonesia pada Jumat malam, 3 Juli 2020.
Sebelumnya, penetrasi kegiatan secara digital semakin meluas di tengah pandemi ini. Salah satunya adalah pertemuan dan konferensi pers yang biasanya tatap muka, sekarang sudah biasa dilakukan secara online.
Airlangga kemudian merinci beberapa modal awal lainnya yang sudah ada di tahun 2019. Dari 150 juta pengguna internet aktif, ada 105 juta penduduk sebagai pengguna layanan online.
Lalu, jangkauan sinyal seluler juga diklaim sudah berada di atas 90 persen. Rinciannya yaitu sinyal 2G dengan akses 99,16 persen, 3G dengan 96,34 persen, serta 4G dengan 97,51 persen. Terakhir, Generasi Y yang berusia 20 sampai 39 tahun, dengan jumlah 32 persen populasi.
Dengan modal ini, pemerintah menargetkan realisasi potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 bisa mencapai US$ 133 miliar. Sehingga, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi ke level 5,7 sampai 6 persen untuk keluar dari middle income trap.
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya menyatakan kesiapan perusahaan pelat merah untuk menjalankan bisnis di tengah pandemi. Protokol untuk menjalankan kegiatan dengan cara baru atau new normal telah diselesaikan semua perusahaan sejak 27 Mei 2020.
Erick menuturkan protokol yang telah disusun secara umum menggambarkan arah transformasi BUMN saat new normal diterapkan. Selain mulai menerapkan prosedur kesehatan yang tinggi, salah satu transformasinya berupa penyesuaian pola kerja yang lebih fleksibel untuk mengurangi kontak fisik. Pegawai misalnya dapat mengadakan pertemuan virtual dan bekerja dari rumah.
Selain itu, Erick menyatakan new normal akan mendorong BUMN melakukan transformasi digital lebih cepat. "Banyak ekonom memprediksi Indonesia berpotensi jadi negara maju dan besar, tapi kelemahannya ada di transformasi digital dan mahalnya logistik," kata dia, Jumat 29 Mei 2020. New normal dapat menjadi momentum pengembangan teknologi digital di tiap perusahaan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Royke Tumilaar menuturkan pihaknya mulai menggenjot pengembangan digital usai virus menyebar. "Transaksi online tumbuh kurang lebih 70 persen," kata dia. Jika kondisi terus berlanjut, dia memperkirakan transaksi digital akan mendominasi sehingga kantor cabang yang dibutuhkan untuk melayani nasabah cukup 20 persen saja dari total yang ada saat ini.
Bank Mandiri bahkan berencana meningkatkan pemberian kredit untuk UKM melalui platform digital. "Kami akan berikan dukungan besar-besaran," kata Royke.
VINDRY FLORENTIN