TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengakui serapan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk Koperasi dan UMKM masih rendah. Hingga 1 Juli 2020, realisasinya baru mencapai Rp250,16 miliar.
"Realisasi ini setara 0,20 persen dari total pagu yang ditetapkan sebanyak Rp 123,46 triliun," kata Teten dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, 2 Juli 2020.
Rendahnya penyaluran dana stimulus UMKM disebut sebagai salah sumber kemarahan Jokowi marah kepada para menterinya dalam sidang kabinet 18 Juni 2020. "Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu, enggak ada artinya," kata Jokowi.
Meski demikian, Teten punya alasan lain. Menurut mantan aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) ini, beberapa lembaga penyalur termasuk perbankan sebenarnya sudah mencairkan bantuan fiskal.
Hanya saja, kata dia, bank-bank tersebut masih banyak yang belum melakukan klaim atas dana-dana yang sudah disalurkan kepada UMKM. Dalam mekanisme PEN ini, perbankan bertindak sebagai pemberi relaksasi kredit dan pemerintah yang membayarkan bunga cicilannya dalam bentuk klaim.
Kemungkinan, kata dia, bank sudah melakukan tapi belum klaim ke pemerintah. "Baru Bank BRI yang sudah mengajukan klaim subsidi bunga KUR," kata dia.
Sementara itu, dana PEN juga ada di Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), sebuah Badan Layanan Umum (BLU) di bawah kementeriannya. Total anggarannya Rp 1 triliun. "Sudah disalurkan sebesar Rp237,2 miliar atau setara 23,72 persen", tukas Menkop.
Juli ini, Teten menargetkan 50 persen dari dana Rp 1 triliun ini sudah tersalurkan. "Tapi itu tergantung koperasinya, mengajukan atau tidak. Sebab, ada koperasi yang hanya butuh relaksasi saja dan tidak mau mengajukan yang baru," ujar Teten.