TEMPO.CO, Jakarta - Inflasi pada Juni 2020 diperkirakan masih rendah seiring dengan daya beli masyarakat yang belum pulih.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan selain daya beli yang masih lemah, inflasi juga belum akan menguat karena penurunan harga beberapa pangan strategis.
"Saya prediksi inflasi Juni 0,04 persen [mtm]. Hal ini disebabkan karena penurunan harga sejumlah komoditas pangan seperti beras, bawang putih, gula, dan cabai. Deflasi pada sandang karena sudah lewat masa Lebaran," katanya ketika dikonfirmasi, Selasa, 30 Juni 2020.
Dia menuturkan secara pola (pattern) tahunan, komponen sandang biasanya mengalami penurunan harga pasca Hari Raya Idul Fitri.
Meski demikian, Yusuf memaparkan komponen pengeluaran perumahan, tarif dasar listrik (TDL), kesehatan, dan perawatan pribadi justru mengalami kenaikan.
Adapun, dia menilai pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada kenyataannya belum mendorong orang untuk lebih banyak melakukan aktivitas ekonomi.
Selain belum meningkatkan daya beli, Yusuf mengatakan orang masih belum berani keluar rumah karena faktor psikologi. "Angka penambahan kasus baru, seperti di Jakarta dan Jawa Timur, masih fluktuaktif. Hal ini menjadi faktor penghambat masyarakat untuk mengunjungi tempat umum, seperti mall," ujarnya.