TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah turunnya permintaan batu bara di pasar internasional, muncul kabar dari Cina yang ingin meningkatkan impornya. Namun, situasi ini terjadi di tengah produksi batu bara yang masih oversupply dan harga yang masih rendah.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Baru Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyebut situasi ini akan menguntungkan importir di Cina. Sebab, mereka bisa membeli dengan yang murah.
"Tapi kita (eksportir Indonesia) jadi bersaing sesamanya," kata Hendra dalam diskusi virtual pada Selasa, 30 Juni 2020. Sebab, Indonesia masih tercatat sebagai eksportir yang mengisi separuh konsumsi batu bara di Cina.
Meski sudah ada kabar baik, pengusaha batu bara belum mengetahui apakah peningkatan permintaan dari Cina ini akan berlangsung lama. "Jangka menengah dan panjang, kami harus cermati seperti apa," kata dia.
Saat ini, ekspor batu bara Indonesia terancam rendah permintaan global. Sampai 31 Mei 2020, ekspor batu bara baru mencapai 175,15 juta ton saja yang sudah dikirim ke luar negeri atau 10 persen lebih rendah dari tahun lalu.
Sementara target ekspor tahun ini 400 juta ton. Walhasil, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor mineral dan batu bara belum setengah dari rencana pemerintah. Sampai 31 Mei 2020, baru terkumpul Rp 14,55 triliun, dari target Rp 35,93 triliun.
Seperti halnya Cina, Indonesia juga menjadi eksportir terbesar batu bara ke India. Namun negara itu sedang memberlakukan lockdown, sehigga ekspor pun ikut terdampak. Belum lagi, India ingin mengoptimalkan produksi batu bara domestik mereka.
Walau begitu, Hendra menyebut India tetap menjadi pasar yang sangat penting. Untuk itu, Kamis depan, 2 Juli 2020, APBI akan berdikusi dengan Duta Besar Indonesia untuk India, Sidharto R. Suryodipuro. "Untuk mengetahui prospek ekspor ke India," kata dia.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko pun menyampaikan upaya menggenjot ekspor batu bara. Agar ekspor tidak semakin tertekan, kini kontak dijalin dengan negara-negara yang belum menjadi pasar batu bara Indonesia. Di antaranya Bangladesh, Vietnam, dan Pakistan.
Pasar baru di negara tetangga yaitu Brunei Darussalam juga disasar oleh Kementerian ESDM.
FAJAR PEBRIANTO