TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kinerja industri rokok dan tembakau tak terpengaruh oleh pandemi corona. Ia mencatat, berdasarkan data per 17 Juni 2020, pertumbuhan industri ini justru meningkat mencapai 46 persen secara year to date.
“Ada sektor tidak terlalu terkena dalam, yaitu rokok dan tembakau. Semakin pusing, tampaknya merokok semakin banyak,” tutur Airlangga dalam web seminar bersama Universitas Padjajaran, Jumat, 26 Juni 2020.
Meski demikian, bila dilihat secara year on year, pertumbuhan industri rokok dan tembakau masih terkontraksi atau minus 1 persen ketimbang tahun sebelumnya. Di samping rokok, ia mengungkapkan ada empat industri lainnya yang turut moncer saat pandemi.
Keempat sektor itu adalah makanan pokok yang tumbuh 51 persen dan batubara yang meningkat 43 persen secara year to date. Kemudian, farmasi dan alat kesehatan yang tumbuh 49 persen serta minyak nabati atau hewan yang melonjak 52 persen secara year to date.
Selain itu, Airlangga mengungkapkan ada beberapa industri yang potensial menjadi sektor unggulan selama wabah berlangsung. Di antaranya sektor tekstil dan produk tekstil yang telah bertransformasi memproduksi alat perlindungan diri (APD), farmasi dan alat kesehatan, makanan dan minuman, elektronik, serta jasa telekomunikasi.
Sedangkan sektor yang paling terpuruk ialah pariwisata, konstruksi, transportasi, pertambangan keuangan, hingga otomotif. Sementara itu, sektor UMKM, pertanian, dan jasa logistik pertumbuhannya melambat.
Adapun memasuki masa new normal atau normal baru pada Juni ini, Airlangga menyebut perekonomian mulai menunjukkan pergerakan ke arah positif. “Fundamental ekonomi mendapatkan momentum positif saat rupiah sudah mulai menguat ke Rp 14 ribu dan sekarang sudah lebih confident,” ucapnya. Sejalan dengan itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga telah bergerak di zona 5.000.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA