TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Zulkifli Zaini mengatakan perusahaan akan menawarkan dua solusi untuk masalah lonjakan tagihan listrik yang dikeluhkan pelanggan selama pandemi corona. Pertama, perseroan bakal melakukan transmisi digital untuk kWh meter.
“Digitalisasi kWh meter akan kami lakukan secara bertahap,” tutur Zulkifli dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR, Kamis, 25 Juli 2020.
Dengan KWh meter digital, pelanggan perusahaan setrum dapat menghitung pemakaian listriknya secara akurat. Kemudian solusi kedua, untuk mendukung sistem tersebut, PLN berencana merilis aplikasi New Mobile PLN sebagai one stop service digital platform.
Zulkifli menerangkan, dengan aplikasi ini, pelanggan bisa lebih muda melaporkan meteran listriknya untuk dicatat sebagai tagihan. Di samping itu, pelanggan juga dapat membayarkan tagihan melalui layanan daring agar lebih praktis. “Tidak hanya itu, layanan juga bisa ditangani melalui ponsel,” tuturnya.
Seandainya terjadi gangguan sistem layanan, PLN nantinya akan memberitahukan informasi tersebut melalui aplikasi. Adapun aplikasi ini rencananya akan diluncurkan bulan depan. Saat ini, layanan aplikasi New Mobile PLN masih diujicobakan di internal perusahaan.
Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Ardiansyah Parman sebelumnya menyebutkan ada sebanyak 14 juta kWh meter atau meteran listrik pelanggan yang kedaluwarsa. Keempat belas juta meteran listrik ini harus ditera ulang oleh PLN dan diubah menjadi kWh meter smart.
"Saya mengusulkan tahun 2021 itu diprioritaskan saja untuk segera diganti supaya masalah kerugian PLN maupun konsumen segera dapat diatasi," ujar Ketua BPKN Ardiansyah dalam diskusi daring di Jakarta, 15 Juni 2020.
Dengan begitu, menurut Ardiansyah, kerugian lebih besar bakal dapat dicegah. Kerugian itu baik dari sisi konsumen ataupun pelaku usaha menyusul fenomena lonjakan tagihan listrik yang dialami jutaan konsumen di seluruh Indonesia.
ANTARA