TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore, 23 Juni 2020, terkoreksi seiring potensi kembali memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Cina.
Rupiah ditutup melemah 12 poin atau 0,08 persen menjadi Rp 14.162 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.150 per dolar AS.
"Pasar merespons pernyataan Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, yang mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-Cina sudah selesai," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Pada pertengahan Januari lalu, AS-Cina sudah meneken kesepakatan dagang fase pertama di Washington. Namun dengan pernyataan Navarro, sepertinya tidak akan ada fase-fase berikutnya.
"Selain pandemi Covid-19, dunia juga harus menghadapi masalah yang tidak kalah pelik yaitu friksi AS-Cina. Bukan tidak mungkin perang dagang kedua negara bisa meletus lagi seperti tahun lalu," ujar Ibrahim.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan peningkatan rekor dalam kasus Covid-19 secara global, dengan lonjakan infeksi di negara bagian selatan dan barat AS serta Brasil yang cukup signifikan, bahkan mencapai rekor tertinggi.
Dari domestik, sentimen datang dari pemerintah yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari minus 0,4 persen sampai 2,3 persen menjadi minus 0,4 persen sampai 1 persen. Revisi tersebut seiring dengan proyeksi terbaru lembaga-lembaga keuangan dunia.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sebesar nol persen. Sementara ADB merevisi pertumbuhan ekonomi RI dari 2 persen menjadi negatif 1 persen. IMF pada April lalu menyampaikan Indonesia tumbuh 0,5 persen dan tahun depan di atas 8 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp 14.185 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.162 per dolar AS hingga Rp 14.250 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.265 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.209 per dolar AS.
ANTARA