Prastowo menyebutkan, lomba video itu juga mendukung kebijakan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dan makin mempererat komunikasi pimpinan daerah dalam memperhatikan aspek epidemiologi, surveilans kesehatan, dan protokol sektoral sebelum memasuki new normal. Cara ini dinilai efektif dan mendorong inovasi, salah satunya karena ada unsur insentif yang diberikan.
Lebih jauh, Prastowo menyebutkan, pemerintah daerah yang menang lomba itu akan mendapat dana lebih besar sebagai imbalan sebagai bentuk apresiasi pemerintah pusat. Video-video terbaik dari 84 pemerintah daerah itu juga nantinya bisa dipakai sebagai konten edukasi dan sosialisasi oleh siapa saja. "Jadi uang negara tak mubazir. Menurut saya ini inovatif-kreatif, dan skenario win win," ucapnya.
Di akhir penjelasannya, Prastowo menegaskan bahwa hadiah uang bagi pemerintah daerah yang menang lomba ini bukan berarti milik individu kepala daerah tapi milik pemerintah daerah. Uang itu harus masuk kas daerah, penggunaannya pun akan diawasi aparat pengawas dan BPKP, termasuk diaudit oleh BPK. "Jadi sama sekali bukan upaya hamburkan uang percuma, atau dalih korupsi," katanya.
Prastowo juga memastikan alokasi anggaran Rp 168 miliar bukanlah biaya sosialisasi. "Itu DID buat daerah agar bisa digunakan untuk menangani covid. Mari dorong dan awasi, biar dipakai dengan benar dan tepat. Video itu hanya sarana trade off agar ada insentif dan manfaat buat publik, sekalian sosialisasi," tuturnya.
Tak sedikit netizen yang mempertanyakan program yang digelar Kemendagri dan memakan alokasi anggaran besar tersebut. Isu ini pun berkembang viral di media sosial. Bagasta, misalnya, menilai anggaran lomba video itu digunakan untuk hal yang lebih mendesak saat ini, misalnya memperbanyak swab test or pengadaan ventilator.
"Padahal pemda sudah refocussing anggaran dan realokasi kegiatan untuk covid19," katanya seperti dikutip dari akun @Bagasta8.
Ada juga Ismail Al Anshori yang menyayangkan anggaran Rp 168 miliar itu hanya diperuntukkan kegiatan sosialisasi. "Uang segitu daripada untuk sosialisasi, lebih baik untuk memperbanyak tes. Itu cukup untuk 240.000 tes swab," ujarnya seperti dikutip dari akun @thedufresne.
Terkait hal ini, Prastowo kembali menegaskan alokasi anggaran tersebut bukan buat sosialisasi, melainkan insentif bagi pemerintah daerah untuk menangani Covid-19. "Lomba hanya cara supaya uang nggak diberikan begitu saja. Mau dipakai swab? Boleh."
DEWI NURITA | FRISKI RIANA