Namun demikian, Silmy memastikan bahwa fundamental di internal Krakatau Steel semakin membaik. "Jadi value perusahaan KS ke depan menurut saya akan semakin baik," ujarnya.
Silmy juga mengatakan keputusannya melepas seluruh kepemilikan sahamnya itu tidak berimplikasi langsung pada persepsi investor. Karena yang terpenting, menurut dia, investor melihat fundamental perusahaan.
"Manajemen Krakatau Steel sudah berhasil membuat Krakatau Steel jauh lebih efisien dalam 18 bulan terakhir. Ini yang menurut saya menjadi tolak ukur persepsi investor," kata Silmy.
Adapun penjelasan Otoritas Jasa Keuangan terkait keputusannya ini mengacu pada aturan otoritas. Aturan itu menyebutkan bahwa setiap ada langkah jual dan beli, direktur utama harus melaporkan ke OJK sebagai keterbukaaan informasi publik.
Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia pada hari ini, Ahad, 21 Juni 2020, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menyampaikan dirinya menjual saham berkode KRAS sebanyak 5.400.300 saham atau setara dengan 0,028 persen. "Jumlah saham yang dimiliki setelah transaksi menjadi hanya 0," kata Silmy, seperti dikutip dari surat tertanggal 19 Juni 2020 itu.
Sementara di awal bulan ini Presiden Komisaris PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA Djohan Emir Setijoso melepas 800 ribu sahamnya. Penjualan saham dilakukan untuk tujuan investasi
Berdasarkan keterbukaan informasi dari laman Bursa Efek Indonesia pada Jumat, 5 Juni 2020, Djohan disebutkan melego sahamnya pada sehari sebelumnya. Saham yang dijual itu berstatus kepemilikan langsung oleh Djohan.
Saham milik Djohar dijual dengan harga Rp 28.900 per lembar saham. Dengan demikian, transaksi tersebut menghasilkan dana sebesar Rp 23,84 miliar.
Dengan penjualan saham ini, jumlah saham yang dimiliki Djohar saat ini adalah sejumlah 21.400.121 lembar. Sebelumnya, ia memiliki sebanyak 22.200.121 lembar saham BCA.
BISNIS | HENDARTYO HANGGI