TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa kementerian telah menyiapkan beberapa strategi guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pangan yang terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia. Adapun peringatan atas potensi krisis pangan ini telah disampaikan oleh Organisasi Pangan Dunia atau FAO.
Salah satu langkah yang akan dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memitigasi krisis pangan adalah mempercepat masa tanam. Percepatan masa tanam di lahan pertanian seluas 5,6 juta hektare itu dilakukan untuk menggenjot produksi pangan.
"Untuk mempertahankan (stok) beras sampai Desember 2020 Kementan telah melakukan akselerasi tanam sebesar 5,6 juta hektare," kata Syahrul saat Rapat bersama Komisi IV DPR RI, Senin 22 Juni 2020.
Selain itu, pemerintah juga akan mengembangkan lahan rawa di Kalimantan Tengah seluas 164.598 hektare. Rinciannya, 85.456 hektare untuk intensifikasi lahan rawa dan 79.142 hektare ekstensifikasi lahan untuk antisipasi kekeringan.
Di sisi lain, Syahrul menambahkan, tahun ini pihaknya masih akan berfokus pada pemulihan dan pembangunan sektor pertanian yang lebih maju, mandiri dan modern. Dari intensifikasi ini, diprediksi stok beras hingga akhir Agustus bakal tembus 8,88 juta ton. Menurut dia, prediksi tersebut didasari oleh data produksi beras dari tahun 2019 sampai Agustus 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Adapun data produksi padi dari BPS sampai akhir Desember 2019 sebesar 54,6 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 31,31 juta ton beras. Dari produksi tersebut, menurut Syahrul,ada surplus stok pada akhir 2019 sebanyak 1,53 juta ton, serta stok akhir 2019 sebesar 5,97 juta ton.
"BPS juga memperkirakan bahwa produksi beras pada bulan Januari hingga Agustus 2020 sebesar 23.05 juta ton sehingga diprediksi stok beras pada Agustus 2020 sebesar 8,8 juta ton," kata Syahrul Yasin Limpo.
EKO WAHYUDI